Oleh: Inom Nasution
Membaca hal yang mudah
dikatakan tapi sulit dilakukan bila keingintahuan tentang sesuatu tidak ada.
Dengan membaca banyak informasi yang
dapat diketahui. Membaca juga dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas. Namun banyak orang khususnya di negeri
kita ini minat banya sangat minim. Kesadaran dan minat baca masyarakat sangat rendah bila dibandingkan dengan di negara
tetangga. Masyarakat kita belum banyak yang memiliki kesadaran yang tinggi
untuk membaca baik berupa koran, majalah, buku dan lain-lain. Apalagi saat ini
buku elektronik dapat diakses dengan mudah.
Rendahnya kesadaran
masyarakat ini terlihat dari lingkungan
keluarga, pelajar, mahasiswa, para profesi seperti guru, dosen dan lainya. Membaca
belum dijadikan sebagai kebutuhan akan berbagai informasi. Berbeda dengan
beberapa negara dimana masyarakatnya telah merasa butuh dengan berbagai
informasi. Beberapa fakta diuraikan seperti berikut:
1.
Berdasarkan
laporan World Bank “Educational in Indonesia-From Crisis to Recovery” (1998)
kemampuan membaca anak-anak Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Vincent Greanary bahwa peserta didik-peserta
didik kelas enam SD di Indonesia kemampuan membacanya hanya 51,7 berada di
urutan paling akhir setelah Filipina
(52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0) dan Hongkong (75,5). (Ki
Supriyoko:2004).
- Penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009.
- Berdasarkan data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
- Hasil survey Unesco menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan minat baca masyarakat paling rendah di Asean. (Republika, Rabu 26/1).
- Berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. (http://www.republika.co.id
- Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD). (Kompas,Kamis, 18 Juni 2009)
7. Penelitian
organization for economic corporation an
development (OECD) yang dirilis tahun 2011 mengenai kegemaran membaca (enjoyment reading) Indonesia berada di
urutan terbawah dari 38 negara yang disurvei. bahkan sebanyak 34,5% masih buta
huruf. Minat menonton dan membaca untuk usia 10 tahun keatas, hasil 90,27%
menyukai menonton tv, 18,94% membaca surat kabar atau majalah.
8.
HDI
tahun 2011 dirilis UNDP Indonesia berada pada peringkat 124 dari 187 negara di
dunia. Sinagapura 26, Brunei 33, Malaysia 61, Thailand 103, pilifina 112,
Vietnam 128, laos 138, kamboja 139, dan Myanmar 149. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan di tanah air secara tidak langsung menggambarkan kondisi
minat baca masyarakat Indonesia. (Waspada, 21 Desember 2012)
Berdasarkan beberapa data
dan fakta yang diuraikan tersebut menggambarkan bahwa rendahnya minat baca
masyarakat kita Indonesia, mulai dari tingkat anak-anak usia sekolah sampai dewasa bila dibandingkan dengan negara
tetangga lainnya. Dengan rendahnya minat baca masyarakat secara tidak langsung
akan sulit mengikuti dan mengimbangi perkembangan dan persaingan global.
Ada pepatah “buku adalah jendela dunia,
membaca adalah kuncinya”. Ini menunjukkan bahwa membaca adalah merupakan hal
yang sangat penting dilakukan oleh semua kalangan. Dengan membaca semua orang
dapat meningkatkan kualitas diri. Wawasan bertambah, dan pemikiran luas, dan
memiliki pengetahuan tentang berbagai
hal. Dengan membaca perkembangan dunia dapat diketahui dan diikuti sehingga kita tidak tertinggal dengan negara lainnya. Luasnya
wawasan dan pengetahuan dapat pula memotivasi diri untuk menulis berbagai
disiplin ilmu yang kita miliki. Selanjutnya dalam pepatah “ lumpuh membaca sama
dengan lumpuh menulis”, hal ini jelas menggambarkan bahwa minimmya pengetahuan
tentang sesuatu menyebabkan orang juga malas menulis.
Bila diperhatikan budaya masyarakat kita pada umumnya lebih
gemar berbicara dari pada membaca. Charles W. Elliot seorang tokoh pendidikan AS yang
hidup tahun 1834-1926 mengatakan: “Mau tahu siapa teman paling setia, tidak
cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan bijak dan sabar? Dialah buku.”
Maksudnya semua orang diajak untuk membaca termasuk membaca buku. Rajin
membaca dapat membuat orang kaya akan wawasan dan informasi. Selain itu,
membaca untuk bermanfaat untuk otak dan kesehatan.
Setidaknya ada 5 manfaat membaca untuk kesehatan, seperti
dilansir Lifemojo, Sabtu (12/3/2011), yaitu:
(1) membaca buku adalah sebagai latihan otak dan pikiran.(2) Meringankan stress, (3) mengembangkan pola
tidur yang sehat (4) Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer. Penelitian telah
menunjukkan bahwa latihan otak seperti membaca buku atau majalah, bermain
teka-teki silang, Sudoku, dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan
memori. Menurut para peneliti, kegiatan ini merangsang sel-sel otak dapat
terhubung dan tumbuh.(5) Meningkatkan konsentrasi. (http://perpustakaan.narotama.ac.id/2012/12/01/)
Jadi jangan hanya menghabiskan waktu berjam-jam untuk
menonton televisi atau bermain game komputer, tetapi juga luangkan waktu untuk
membaca buku. Kebiasaan baik itu tidak hanya akan menyegarkan pikiran tetapi
juga memberi manfaat untuk kesehatan dan kehidupan.
Menanamkan budaya membaca jauh lebih banyak manfaatnya bila
dibandingkan dengan budaya berbicara sebagaimana yang terjadi dalam masyakat
kita. Membaca
membuat hati dan pikiran menjadi tenang, dan tidak menggangu orang lain. Selain itu, kualitas diri kita
jauh berbeda dengan orang yang kurang membaca. Semoga bermanfaat.