Kamis, 11 November 2010

Kualitas Guru Lolos Sertifikasi Tetap Rendah

Surabaya, Kompas - Guru-guru yang sudah lolos sertifikasi umumnya tidak menunjukkan kemajuan, baik dari sisi pedagogis, kepribadian, profesional, maupun sosial. Guru hanya aktif menjelang sertifikasi, tetapi setelah dinyatakan lolos, kualitas mereka justru semakin menurun.

Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam pembukaan Seminar dan Pelatihan Guru Menulis di Media Massa yang diadakan harian Kompas dan Surya serta Ikatan Guru Indonesia di Gedung PDAM Surabaya, Jawa Timur, Minggu (31/10). Sepanjang 2006-2009 terdapat 251.326 guru yang disertifikasi melalui portofolio, sedangkan 301.732 melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Dalam kajian implementasi sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009, kemampuan pedagogis guru sertifikasi portofolio sebagian tidak meningkat dan sebagian lainnya malah menurun. Hanya segelintir guru sertifikasi portofolio yang mengalami peningkatan. Di kemampuan sosial, profesional, ataupun kepribadian, tetap saja bagian terbesar adalah mereka yang stagnan kualitasnya, bahkan menurun.

Pada guru-guru yang disertifikasi melalui PLPG, umumnya lebih banyak yang meningkat atau sangat meningkat pada keempat kemampuan tersebut. Kendati demikian, ada pula sekitar 40 persen guru hasil PLPG yang tidak maju dalam kompetensi kepribadian dan sekitar 10 persen lainnya pada kemampuan profesional dan kemampuan sosial.

”Seharusnya sertifikasi itu untuk mengukur dan meningkatkan (kualitas guru),” kata Nuh kepada sekitar 480 guru peserta pelatihan menulis. Menurut Nuh, model portofolio ini tidak akan dihapus. Namun, akan dikaji cara menyaring kualitas guru supaya tunjangan profesi pendidik (TPP) yang diberikan sesuai dengan peningkatan kualitas dan kinerja.

Manusia berkepribadian

Secara terpisah, kemarin, Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Zainuddin Maliki mengatakan, PLPG yang hanya 10 hari juga tidak bisa menghasilkan guru yang profesional. Semestinya portofolio bisa menjadi syarat untuk sertifikasi. Sayangnya, sistem portofolio saat ini tidak menunjukkan rekam jejak apa yang sudah dilakukan guru ataupun prestasinya.

”Kalau memang sungguh- sungguh, sertifikasi melalui portofolio akan lebih bagus daripada PLPG yang hanya 10 hari,” ujarnya.

Masalahnya, dalam portofolio guru harus jujur pada diri sendiri. ”Sikap yang tidak terbentuk dalam pendidikan Indonesia sekarang yang lebih mengutamakan nilai tes atau ujian nasional ketimbang kepribadian,” tutur Zainuddin.

Untuk itu, menurut Zainuddin yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, orientasi pendidikan harus diperjelas. Pendidikan perlu menghasilkan manusia yang berkepribadian, berwatak baik, dan kreatif.

Anggaran naik

Tahun 2010, hampir Rp 60 triliun anggaran pendidikan dialokasikan untuk gaji guru pegawai negeri sipil (PNS), tunjangan khusus untuk guru di daerah terpencil, dan TPP. Untuk TPP saja anggarannya mencapai Rp 16 triliun. Tahun 2012, biaya gaji dan tunjangan guru akan sama dengan keseluruhan anggaran pendidikan tahun 2006, sekitar Rp 80 triliun.

Karena itu, menurut Nuh, peningkatan kompetensi guru adalah mutlak perlu. Sebab, hak guru tidak bisa dikurangi kendati anggaran yang diperlukan akan terus melonjak.

Salah satu peningkatan kompetensi adalah menulis. Saat ini jumlah guru golongan IVB hanya 0,087 persen, golongan IVC 0,007 persen, dan IVD 0,002 persen. Kebanyakan guru stagnan di golongan IVA, sekitar 569.611 atau 21,84 persen.

”Banyak guru tidak bisa naik ke golongan IVB karena tidak mampu menulis karya ilmiah,” kata Nuh. Karena itu, Kementerian Pendidikan Nasional memfasilitasi penulisan karya ilmiah online melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan,” ujarnya.

sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/01/06080956/Kualitas.Guru.Lolos.Sertifikasi.Tetap.Rendah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar