Rabu, 19 Desember 2012

kelemahan-kelemahan kurikulum 2013



Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta menilai bahwa draf kurikulum 2013 memiliki banyak kelemahan. Ketua Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Wuryadi mencatat sejumlah kelemahan dari isi kurikulum yang rencananya akan mulai diimplementasikan pada tahun ajaran mendatang itu.

Kelemahan pertama, kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.

"Saat ini, KTSP saja baru menuju uji coba dan ada beberapa sekolah yang belum melaksanakannya. Bagaimana bisa, kurikulum 2013 ditetapkan tanpa ada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya," katanya di Yogyakarta, Senin lalu.

Kelemahan lainnya, lanjut Wuryadi, pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

Wuryadi juga menilai tak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.

"UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan," tambahnya.

Kelemahan penting lainnya, pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda.

Karena melihat kelemahan-kelemahan ini, Dewan Pendidikan DIY meminta pemerintah melakukan desain ulang kurikulum 2013.

"Desain ulang terhadap kurikulum 2013 ini perlu dilakukan dengan turut melibatkan guru karena guru menjadi unsur penting dalam kurikulum baru itu," kata Wakil Ketua I Dewan Pendidikan DIY Heri Dendi.

Selain itu, Dewan Pendidikan juga akan mengirimkan hasil kajian tersebut kepada pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, DPR RI, serta Presiden dan Wakil Presiden RI.

 sumber:


http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/19/12564532/Ini.Kelemahan-kelemahan.Kurikulum.2013







Selasa, 27 November 2012

sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia

Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.

Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan.

Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.

Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit.

Kompetisi global
Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hongkong, Jepang, dan Singapura.

Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai "di atas rata-rata", lebih baik daripada Belanda, Selandia Baru, Kanada, dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis.

Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang, termasuk matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.

Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting, tetapi tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan, biaya adalah ukuran yang mudah, tetapi dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.

Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan orangtua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.

Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan "tujuan moral".

Kualitas guru
Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.

Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik. Dan ada pula konsekuensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Namun, tidak ada keterangan yang jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.

Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat sekolah terendah. Namun, Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat tertinggi.

sumber:


Senin, 26 November 2012

Dilemma Pendidikan di daerah perbatasan



 oleh ; Inom Nasution

Film yang berjudul “ Surga katanya” menggambarkan kondisi negeri ini baik dari  pendidikan, kesehatan, penghasilan masyarakat setempat. Film ini memberi  gambaran bahwa kondisi pendidikan Indonesia diperbatasan sangat memperihatinkan. Tingginya semangat anak-anak perbatasan untuk bersekolah, tetapi keaadaan sekolah sangat memprihatinkan dari semua sisi. Baik guru, gedung dan sarana/prasarana, komunikasi  dengan pemerintah daerah maupun pusat. Hal ini menggambarkan bahwa kurangnya perhatian pemerintah daerah maupun pusat terhadap wialayah perbatasan.
Bila dibandingkan dengan perbatasan dengan Malaysia, kondisi wilayah perbatasan kita sangat jauh berbeda. Perbatasan Malaysia wilayahnya begitu baik dari semua sisi (Pendidikan, ekonomi, kesehatan,komunikasi  maupun transportasi)  Kemiskinan pula yang meyebabkan banyaknya penduduk perbatasan  Indonesia  pindah menjadi warga Negara Malaysia.  
Berdasarkan cerita flm tersebut hendaknya pemerintah daerah maupun pusat dapat bersinergi mengembangkan dan meningkatkan baik pendidikan, ekonomi, kesehatan, transportasi dll. Dengan cereita flm itu hendaknya dapat diambil pelajaran bahwa menjadi guru diderah terpencil dan tertinggal sangat lah mulia, sebab harapan dan cita-cita anak-nak derah tertinggal dan terpencil seperti diperbatasan Negara merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua. semoga

Kamis, 22 November 2012

MENYAMBUT KURIKULUM BARU

pemerintah terus berupaya dan berusaha meningkatkan mutu pendidikan kita. saat ini  pemerintah berusaha memperbaiki  kurikulum. kurikukulum ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas peserta didik dan meningkatkan minat belajar siswa. pada jenjang SD jam pelajaran akan ditambah dan mata pelajaran akan dikurangi supaya anak2 tidak lagi membawa tas yang besar yang berisi buku yang banyak. selama ini siswa sekolah seakan-akan membawa buku satu lemari yang ada di rumahnya. di SD pembelajaran akan difokuskan pada Tematik. sehingga semua mata pelajaran dapat terintegrasi dengan baik.
pada SMP juga jam pelajaran juga akan ditambah dan mata pelajaran berkurang. di SMP anak akan lebih memperdalam pelajaran yang diteriama di SB. nantinya anak-anak yang belajar di sekolah mulai dari SD sampai SLTA cara belajaranya tidak hanya duduk di kelas saja. diharapakan anak-anak akan dapat lebih aktif dan mencari dan mencoba semua mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Dengan kurikulum baru ini jam belajar siswa lebih lama di sekolah. dengan harapan siswa nantinya dapat menumbuhkan minat belajar dan minat baca yang tinggi.
hal ini dapat terwujud dengan baik bila kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dapat sejalan dengan kurikulum yang telah dibentuk pemerintah. selain itu, tersedianya sarana dan perasana yang mendukung untuk belajar lebih lama di sekolah. serta tersedianya fasilitas sekolah lainnya. semoga harapan ini akan terwujud.

Sabtu, 10 November 2012

Sekolah; Pembinaan Minat Baca Anak




Oleh; Inom Nasution

Sekolah merupakan tempat orang-orang menggali dan menuntut ilmu pengetahuan. Di sekolah pula tempat berkumpulnya siswa dari berbagai status sosial. Walau banyak yang berbeda namun sekolah dapat menyatukan berbagai perpedaan. Sehingga semua warga sekolah (siswa) dapat duduk dan belajar bersama dalam meraih cita-cita. Untuk meraih cita-cita diperlukan banyak membaca , baik di rumah maupun di sekolah. `
Di sekolah membaca merupakan kewajiban dalam menggali ilmu pengetahuan yang diberikan guru. Semua pelajaran yang disampaikan guru wajib dikaji dan didalami dengan membaca berbagai buku. Buku yang  ada diperpustakaan sekolah harus dapat dimanfaatkan siswa untuk memperdalam pengetahuannya. Di rumah orangtua juga dapat menyediakan perpustakaan keluarga. Koleksi buku yang disediakan keluarga dapat membantu anak dalam memperdalam dan memperkaya ilmu pengetahuan.
Kebiasaan-kebiasaan membaca di sekolah dan di rumah dapat meningkatkan budaya baca bangsa yang berkualitas. Suatu bangsa yang berkualitas dapat dilihat dari tingginya minat baca anak, guru, orangtua ataupun masyarakat.
Di Indonesia minat baca anak masih rendah. Hasil survey PBB untuk pendidikan, sains, dan kebudayaan (UNESCO) menyebutkan indeks membaca masyarakat Indonesia yang baru sekitar 0,001 (Waspada, 6 November 2012).  Artinya dari seribu penduduk hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Angka ini sangat jauh bila dibandingkan minat baca Singapura yang memiliki indeks membaca 0,45.
Keadaan seperti ini akan sulit membawa bangsa ini menuju manusia yang berkualitas. Bukankah salah satu ciri bangsa yang berkualitas menunjukkan tingginya minat baca siswa, guru, orangtua dan masyarakat ? membaca bukan hanya dianjurkan pada anak, akan tetapi orangtua dan guru yang pertama memberikan contoh baca yang baik.
Perintah Allah yang pertama dalam surat Al-Alaq ayat 1 artinya “ Bacalah Ayat ini menandakan bahwa kita manusia wajib membaca. Wahyu pertama tersebut merupakan perintah membaca yang komprehensif: membaca  dan menelaah semesta,   membaca dan  menelaah diri; membaca dan  menelaah yang telah tertulis,  serta  membaca dan  menelaah yang tidak tertulis.
Telaah terbukti dalam sejarah, Plato, Aristoteles merupakan contoh pembaca dan penulis di zaman kejayaan Yunani-Romawi yang jejak tulisannya ada sampai sekarang.
Ibnu Rusydi (Avero), Ibnu Sina (Avesina), Aljabar, Al-Ghazali adalah pembaca dan penulis zaman kejayaan Islam yang jejak tulisannya abadi sampai sekarang.
Berdasarkan contoh para pembaca dan penulis ini  merupakan tokoh yang patut ditiru, dicontoh supaya anak-anak gemar membaca dan menulis. Membaca tidak hanya dijadikan sebagai anjuran atau paksaan sekolah/guru saja, tetapi membaca menjadi kebutuhan dalam diri.
Sekolah dan orangtua dapat melaksanakan beberapa hal dalam membina minat baca siswa. Di sekolah dapat dilaksanakan seperti ; (1) Perpustakaan sekolah harus menyediakan buku-buku bacaan yang menarik bagi siswa seperti novel, sastra, komik dan lainnya yang sesuai dengan usia.(2) guru dapat memberi banyak tugas untuk membaca sesuai dengan tugas yang diberikan pada siswa.
(3) guru atau sekolah dapat memberi reward (penghargaan) pada siswa yang banyak membaca buku. (4)  perpustakaan atau sekolah dapat mengadakan perlombaan membaca, supaya anak yang kurang minat bacanya akan tertarik untuk meningkatkan baca.(5)  guru maupun orang tua dapat memberi contoh membaca. Di sekolah maupun  anak dapat melihat guru-guru gemar membaca. Misalnya setelah guru membaca satu buku guru dapat menceritakan isi buku yang telah dibacanya. Sehingga membuat anak penasaran dengan apa yang telah dibaca guru.
Dalam keluarga dapat dilaksanakan seperti;