Oleh; Inom
Nasution
Sekolah merupakan tempat orang-orang menggali dan
menuntut ilmu pengetahuan. Di sekolah pula tempat berkumpulnya siswa dari
berbagai status sosial. Walau banyak yang berbeda namun sekolah dapat menyatukan
berbagai perpedaan. Sehingga semua warga sekolah (siswa) dapat duduk dan
belajar bersama dalam meraih cita-cita. Untuk meraih cita-cita diperlukan
banyak membaca , baik di rumah maupun di sekolah. `
Di sekolah membaca merupakan kewajiban dalam menggali
ilmu pengetahuan yang diberikan guru. Semua pelajaran yang disampaikan guru
wajib dikaji dan didalami dengan membaca berbagai buku. Buku yang ada diperpustakaan sekolah harus dapat
dimanfaatkan siswa untuk memperdalam pengetahuannya. Di rumah orangtua juga
dapat menyediakan perpustakaan keluarga. Koleksi buku yang disediakan keluarga
dapat membantu anak dalam memperdalam dan memperkaya ilmu pengetahuan.
Kebiasaan-kebiasaan membaca di sekolah dan di rumah
dapat meningkatkan budaya baca bangsa yang berkualitas. Suatu bangsa yang
berkualitas dapat dilihat dari tingginya minat baca anak, guru, orangtua
ataupun masyarakat.
Di Indonesia minat baca anak masih rendah. Hasil
survey PBB untuk pendidikan, sains, dan kebudayaan (UNESCO) menyebutkan indeks
membaca masyarakat Indonesia yang baru sekitar 0,001 (Waspada, 6 November
2012). Artinya dari seribu penduduk
hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Angka ini sangat jauh
bila dibandingkan minat baca Singapura yang memiliki indeks membaca 0,45.
Keadaan seperti ini akan sulit membawa bangsa ini
menuju manusia yang berkualitas. Bukankah salah satu ciri bangsa yang
berkualitas menunjukkan tingginya minat baca siswa, guru, orangtua dan
masyarakat ? membaca bukan hanya dianjurkan pada anak, akan tetapi orangtua dan
guru yang pertama memberikan contoh baca yang baik.
Perintah Allah yang pertama dalam surat Al-Alaq
ayat 1 artinya “ Bacalah” Ayat ini
menandakan bahwa kita manusia wajib membaca. Wahyu pertama tersebut merupakan
perintah membaca yang komprehensif: membaca
dan menelaah semesta, membaca
dan menelaah diri; membaca dan menelaah yang telah tertulis, serta
membaca dan menelaah yang tidak
tertulis.
Telaah terbukti dalam sejarah, Plato, Aristoteles
merupakan contoh pembaca dan penulis di zaman kejayaan Yunani-Romawi yang jejak
tulisannya ada sampai sekarang.
Ibnu Rusydi (Avero), Ibnu Sina (Avesina), Aljabar,
Al-Ghazali adalah pembaca dan penulis zaman kejayaan Islam yang jejak
tulisannya abadi sampai sekarang.
Berdasarkan contoh para pembaca dan penulis
ini merupakan tokoh yang patut ditiru,
dicontoh supaya anak-anak gemar membaca dan menulis. Membaca tidak hanya
dijadikan sebagai anjuran atau paksaan sekolah/guru saja, tetapi membaca
menjadi kebutuhan dalam diri.
Sekolah dan orangtua dapat melaksanakan beberapa
hal dalam membina minat baca siswa. Di sekolah dapat dilaksanakan seperti ; (1)
Perpustakaan sekolah harus menyediakan buku-buku bacaan yang menarik bagi siswa
seperti novel, sastra, komik dan lainnya yang sesuai dengan usia.(2) guru dapat
memberi banyak tugas untuk membaca sesuai dengan tugas yang diberikan pada
siswa.
(3) guru atau sekolah dapat memberi reward (penghargaan) pada siswa
yang banyak membaca buku. (4) perpustakaan atau sekolah dapat mengadakan
perlombaan membaca, supaya anak yang kurang minat bacanya akan tertarik untuk
meningkatkan baca.(5) guru maupun orang
tua dapat memberi contoh membaca. Di sekolah maupun anak dapat melihat guru-guru gemar membaca.
Misalnya setelah guru membaca satu buku guru dapat menceritakan isi buku yang
telah dibacanya. Sehingga membuat anak penasaran dengan apa yang telah dibaca
guru.
Dalam keluarga dapat dilaksanakan seperti;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar